Kehidupan bermasyarakat di Madinah didasarkan pada prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang terinspirasi dari ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Setelah hijrah dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M, Nabi Muhammad membangun sebuah masyarakat baru yang didasarkan pada prinsip-prinsip persatuan, keadilan, dan kesejahteraan bersama.
Beberapa dasar-dasar kehidupan bermasyarakat yang dibangun di Madinah antara lain:
1. Persatuan
Nabi Muhammad menyatukan suku-suku Arab yang ada di Madinah, baik yang sudah menjadi Muslim maupun yang belum. Ia juga membangun hubungan dengan suku-suku Yahudi dan suku-suku lainnya di sekitar Madinah. Persatuan ini dibangun dengan memperkuat hubungan sosial dan kekeluargaan antara para pengikutnya.
2. Keadilan
Nabi Muhammad membangun sebuah sistem keadilan yang berlandaskan ajaran Islam. Sistem ini memastikan bahwa setiap orang, baik Muslim maupun non-Muslim, mendapat perlakuan yang adil dan setara di hadapan hukum. Dalam masyarakat Madinah, tidak ada diskriminasi berdasarkan suku, agama, atau warna kulit.
3. Kesejahteraan Bersama
Nabi Muhammad membangun sistem yang mendorong masyarakat untuk saling membantu dan bekerja sama dalam mencapai kesejahteraan bersama. Misalnya, ia membangun sistem zakat yang memungkinkan orang-orang yang mampu membantu orang-orang yang membutuhkan, dan membangun persaudaraan di antara para pengikutnya.
4. Toleransi
Nabi Muhammad membangun hubungan yang harmonis dengan suku-suku non-Muslim di sekitar Madinah, terutama suku-suku Yahudi. Ia membangun hubungan berdasarkan toleransi dan saling menghormati, meskipun terdapat perbedaan dalam keyakinan dan kepercayaan.
5. Kesetaraan
Nabi Muhammad membangun masyarakat yang menghargai kesetaraan gender dan sosial. Wanita diberi hak-hak yang sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, dan politik. Selain itu, Nabi Muhammad juga mempromosikan kesetaraan sosial antara semua orang, tanpa memandang latar belakang sosial atau kekayaan.
