Serangan Kerajaan Mataram terhadap VOC di Batavia memiliki konsekuensi yang signifikan dalam sejarah kolonialisme di Indonesia. Berikut adalah gambaran umum tentang hasil serangan tersebut:
Pada tanggal 8 November 1628, pasukan Kerajaan Mataram di bawah pimpinan Sultan Agung menyerang Batavia yang saat itu menjadi pusat kekuatan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) di wilayah Nusantara.
Serangan ini merupakan bagian dari upaya Sultan Agung untuk mengusir kekuasaan kolonial Belanda dan menguasai kembali wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Kerajaan Mataram.
Meskipun pasukan Mataram berhasil merebut sebagian wilayah Batavia, serangan ini pada akhirnya gagal dalam mencapai tujuan utamanya. VOC mampu mempertahankan sebagian besar kota dan mendapatkan bantuan dari pasukan Belanda lainnya.
Serangan yang dilakukan oleh Mataram menyebabkan kerugian yang besar bagi VOC, terutama dalam hal infrastruktur dan keuangan. Namun, VOC tetap dapat mempertahankan kendali atas Batavia dan wilayah sekitarnya.
Hasil serangan ini juga memiliki dampak jangka panjang. Setelah serangan tersebut, VOC meningkatkan upaya pertahanan dan memperkuat posisinya di wilayah Nusantara. Konflik antara Mataram dan VOC berlanjut selama beberapa dekade, dengan perang-perang yang terjadi secara sporadis. Akhirnya, pada tahun 1677, VOC dan Mataram mencapai perjanjian perdamaian yang mengakhiri konflik.
Hasil serangan Mataram terhadap VOC di Batavia menunjukkan bahwa meskipun Mataram mampu menyebabkan kerugian sementara bagi VOC, kekuatan kolonial Belanda masih mampu bertahan dan mempertahankan kekuasaannya di wilayah Nusantara.
Konflik ini juga menggambarkan kompleksitas politik dan militer pada masa itu, serta perjuangan antara kekuatan lokal dan kekuatan kolonial dalam menentukan pengaruh dan kendali atas wilayah tersebut.